Selasa, 09 Februari 2016

TELUK BIRU (BLUE BAY)

Teluk Biru merupakan tempat konservasi terumbu karang dan biota laut lainnya. Keindahan bawah lautnya tidak kalah dengan dengan pulau menjangan. kawasan ini dilindungi oleh komunitas sekitar yang bernama Pokmaswas Gemuruh (Gerakan Muncar Rumahku). Komunitas ini mempunyai beberapa kegiatan pelestarian lingkungan. Diantaranya adalah penanaman fish apartement 4 haektar di perairan Tembokrejo, transplantasi terumbu karang di Teluk biru, dan penanaman pohon mangrove di pantai tratasyang bertujuan untuk menyelamatkan alam sekitar. Lokasi Teluk Biru berada di selatan kecamatan Muncar Banyuwangi di balik semenanjung Sembulungan, Teluk ini masih masuk di kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Masyarakat sekitar menyebut teluk biru dengan sebutan Senggrong.

FOTO KEINDAHAN TELUK BIRU

 Foto Terumbu Karang


  

Foto Sotong

Foto Keindahan Air Laut

Akses untuk menuju ke Teluk Biru dengan menggunakan perahu dari pelabuhan kapal ikan Sembulungan Kec. Muncar dengan waktu perjalanan selama 3 jam. Biaya yang harus dikeluarkan cukup terjangkau yaitu Rp. 200.000,-/pack minimal 10 orang. 

jika mau kesana harus menghubungi Pokmaswas Gemuruh Cp.+62853-3847-6654 (Koordinator Gemuruh) +62822-3100-7722 (Ratri-Koor.Ekowisata) +6282 3311 41709 vindy-koord.ekowisata) +62878-5740-4128 (eko) +62852-0458-4878 (hadi), anda disediakan sarana :

1. Transportasi Boat atau perahu, 
2. Peralatan keamanan perjalanan (Lifejacket), 
3. Peralatan Snorkling,
4. Media Transplantasi, 
5. Penginapan / Stay
6. Makan siang untuk pergi kesana

Ombak di daerah muncar cukup besar jadi jika anda akan berkunjung ke Destinasi Teluk biru jangan pada bulan Juni -September karena kawasan di Tutup dengan pertimbangan kondisi cuaca / air laut.

Selasa, 27 Januari 2015

Pantai Wedi Ireng



Pantai Wedi Ireng merupakan salah satu pantai cantik yang ada di Banyuwangi. Lokasi tepatnya berada di Desa Pancer, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Jaraknya hanya sekitar tiga kilometer dari Pulau Merah atau sekitar 65 kilometer sebelah selatan pusat kota Banyuwangi.
Pantai ini masih sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan, sehingga suasananya masih cukup tenang dan asri. Pantai ini memiliki air laut yang berwarna biru dan cukup jernih. Bibir pantainya dikelilingi oleh pepohonan berwarna hijau sehingga memberikan suasana teduh. Pasir pantainya tersusun dari pasir berwarna putih dan hitam yang menjadi satu. Selain itu beberapa karang yang ada di pinggir pantai semakin menambah pesona pantai ini.
Lokasinya yang cukup tenang dan asri cocok dijadikan sebagai lokasi pemotretan. Di pantai ini, Anda bisa bermain air, berenang ataupun memancing bila mau. Selain itu di pantai ini juga mempunyai beberapa tempat terbaik untuk menikmati panorama sunrise maupun sunset.
Pantai ini masih sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan, sehingga masih minim fasilitas. Anda tidak akan menemukan penjual makanan atau minuman di sini. Jadi jangan lupa bawalah bekal makanan/minuman sendiri. Bila mau menginap, Anda bisa mendapatkan tempat menginap di sekitar kawasan Pedotan atau mendirikan tenda di kawasan pantai.
Pantai ini berjarak sekitar 65 kilometer dari pusat kota Banyuwangi atau sekitar tiga kilometer dari Pulau Merah. Akses menuju ke lokasi memang tidak mudah. Bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Waktu tempuhnya sekitar 3 hingga 4 jam perjalanan. Atau dapat ditempuh dari Pulau Merah dengan menggunakan kapal nelayan setempat. Waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit perjalanan.
Rutenya :
Dari kota Banyuwangi langsung menuju ke Kecamatan Jajag, lalu ikuti petunjuk jalan yang menuju ke arah Pulau Merah.
Kira-kira sekitar tiga kilometer sebelum sampai di Pulau Merah, Anda akan menemukan papan petunjuk arah yang menginformasikan lokasi Pantai Pancer. Ikuti papan petunjuk arah tersebut.
Dari Pancer ada Anda bisa parkir di sekitar kawasan TPI Pancer dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Setelah itu, Anda harus menyeberangi sebuah muara. Caranya Anda bisa menyeberang dengan kapal nelayan setempat. Setelah itu, Anda akan melewati bukit yang penuh dengan pohon pisang sebelum masuk hutan. Dan kawasan Pantai Wedi Ireng akan terlihat setelah Anda berjalan sekitar 20 menit.

Jumat, 16 Januari 2015

Seblang


Seblang adalah salah satu ritual masyarakat Using yang hanya dapat dijumpai di dua desa dalam lingkungan kecamatan Glagah, Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan Olihsari. Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram. Ritual ini sama seperti ritual Sintren di wilayah Cirebon, Jaran Kepang, dan Sanghyang di Pulau Bali.
Penyelenggaraan tari Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa Olihsari diselenggarakan 7(tujuh) hari setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan 7(tujuh) hari setelah Idul Adha.
Para penarinya dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, dan biasanya penari harus dipilih dari keturunan penari seblang sebelumnya. Di desa Olihsari, penarinya haruslah gadis yang belum akil baliq, sedangkan di Bakungan, penarinya haruslah wanita berusia 50 tahun ke atas yang telah mati haid (menopause).
Tari Seblang ini sebenarnya merupakan tradisi yang sangat tua, hingga sulit dilacak asal usul dimulainya. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Seblang pertama yang diketahui adalah Semi, yang juga menjadi pelopor tari Gandrung wanita pertama (meninggal tahun 1973). Setelah sembuh dari sakitnya, maka nazar ibunya (Mak Midah atau Mak Milah) pun harus dipenuhi, Semi akhirnya dijadikan seblang dalam usia kanak-kanaknya hingga setelah menginjak remaja mulai menjadi penari Gandrung.
Tari Seblang ini dimulai dengan upacara yang dibuka oleh sang dukun desa atau pawang. Sang penari ditutup matanya oleh para ibu-ibu yang berada dibelakangnya, sambil memegang tempeh (nampan bamboo). Sang dukun mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca mantera. Setelah sang penari kesurupan (taksadarkan diri atau kejiman dalam istilah lokal), dengan tanda jatuhnya tempeh tadi, maka pertunjukan pun dimulai. Si seblang yang sudah kejiman tadi menari dengan gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah sang pawang atau dukun serta irama gendhing yang dimainkan. Kadang juga berkeliling desa sambil menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian si seblang melempar selendang yang digulung ke arah penonton, penonton yang terkena selendang tersebut harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak, maka dia akan dikejar-kejar oleh Seblang sampai mau menari.
Musik pengiring Seblang hanya terdiri dari satu buah kendang, satu buah kempul atau gong dan dua buah saron. Sedangkan di Olihsari ditambah dengan biola sebagai penambah efek musikal.
Dari segi busana, penari Seblang di Olihsari dan Bakungan mempunyai sedikit perbedaan, khususnya pada bagian omprok atau mahkota.
Pada penari Seblang di desa Olihsari, omprok biasanya terbuat dari pelepah pisang yang disuwir-suwir hingga menutupi sebagian wajah penari, sedangkan bagian atasnya diberi bunga-bunga segar yang biasanya diambil dari kebun atau area sekitar pemakaman, dan ditambah dengan sebuah kaca kecil yang ditaruh di bagian tengah omprok.
Pada penari seblang wilayah Bakungan, omprok yang dipakai sangat menyerupai omprok yang dipakai dalam pertunjukan Gandrung, hanya saja bahan yang dipakai terbuat dari pelepah pisang dan dihiasi bunga-bunga segar meski tidak sebanyak penari seblang di Olihsari. Disamping unsure mistik, ritual Seblang ini juga memberikan hiburan bagi para pengunjung maupun warga setempat, dimana banyak adegan-adegan lucu yang ditampilkan oleh sang penari seblang ini.

Kamis, 15 Januari 2015

Pantai Mustika, Obyek Wisata Baru Banyuwangi

BANYUWANGI  –  Pariwisata Banyuwangi terus bergeliat. Setelah sukses mempromosikan Pantai Pulau Merah menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, Pemkab Banyuwangi akan mengembangkan Pantai Mustika sebagai destinasi wisata baru dengan konsep back to nature.
Panta Mustika akan menjadi alternatif wisata bahari di Bumi Blambangan. Pantai ini berlokasi 2 km arah Barat Pantai Pulau Merah. Sejatinya Pantai Pulau merah dan Pantai Mustika berada dalam satu garis pantai  panjang yang berbentuk seperti setengah lingkaran.  Pasirnya putih, bersih dan suasananya masih sepi. Sangat cocok untuk para wisatawan yang mencari ketenangan.
Melihat potensi yang besar, pemkab berinisiatif mengembangkan pantai ini tanpa mengubah suasananya aslinya. Sesuai dengan konsep wisata yang selama ini diusung Banyuwangi, pengembangannya akan mengarah pada konsep kembali ke alam (ecotourism). Keaslian alam akan dijaga, bangunan yang akan didirikan akan menonjolkan material dari bahan-bahan alam dan ramah lingkungan.
“Pengembangan pantai ini akan lebih mudah karena lokasinya merupakan aset pemda. Untuk tahap awal di Pantai Mustika ini Pemkab akan membangun resort dengan material alami seperti kayu ulin dan atap rumbai. Meski bangunannya bakal sederhana, tapi kualitas pelayanannya seperti bintang lima,” kata Bupati Anas.
Nantinya tidak hanya pemerintah daerah yang akan mengembangkan pariwisata di Pantai Mustika. Pemkab juga membuka kesempatan bagi investor untuk masuk. Tentu saja aturan ketat mengikat bagi para investor. “Kami membuka diri untuk investor tapi khusus, bagi investor yang sejalan dengan konsep daerah. Semua persyaratan teknis sampai desain bangunan yang akan dikembangkan wajib mengikuti konsep ecotourism kita,” tegas Bupati.
Ditambahkan Anas, pengembangan Pantai Mustika ini akan dibagi untuk kawasan publik dan private, sehingga wisatawan yang ingin suasana tenang dan tinggal lebih lama di pantai ini tidak terusik dengan wisatawan yang sekedar datang  untuk menikmati keindahan alam.
“Hamparan pantai di sini kan panjang sekali Nanti kawasan ini akan kita bagi dua untuk publik dan private agar semua bisa menikmati. Kita mengakomodir kebutuhan wisatawan menengah atas, yang kerap mengutarakan ke saya ingin menikmati suasana Pulau Merah sambil duduk dan ngopi dengan suasana cozy dan tenang,” cetus Bupati Anas.
Bupati menambahkan, pengembangan Pantai Mustika ini akan melengkapi Pulau Merah. sebagai mana diketahui, pihak Perhutani pemilik aset Pantai Pulau Merah telah menyiapkan dana Rp. 7,8 miliar untuk membangun restaurant dan resort untuk melengkapi fasilitas wisata di sini.
“Nanti akan mulai dibuat dek-dek dari kayu. Konsepnya tetap alami tanpa membangun hotel baru. Desainnya sudah pernah dipresentasikan kepada kami dan sudah kami aprove. Selain itu, pembicaraan masalah bagi hasil antara Perhutani dan Pemkab juga telah menemukan kesepahaman.” pungkas Bupati. (Humas Protokol)